Candi Penataran adalah salah satu peninggalan sejarah dari kerajaan Kediri/Kadiri yang terletak di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Walaupun candi ini memiliki nama asli Candi Palah, namun hingga saat ini nama Candi Penataran lebih terkenal dibandingkan nama aslinya. Bahkan jarang ada yang mengetahui nama asli dari candi ini. Selanjutnya dalam tulisan di blog www.nnoart.com ini saya akan menyebutnya sebagai Candi Penataran dan sebagian besar sumber informasi dari tulisan ini berasal dari Wikipedia.
Letak Candi Penataran
Lokasi Candi Penataran terletak di desa Penataran, salah satu desa di kecamatan Nglegok – Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Letak Candi Penataran ini juga berada di lereng barat daya Gunung Kelud, pada ketinggian 450 meter diatas permukaan laut. Candi termegah maupun terluas di provinsi Jawa Timur ini berada di sebelah utara kota Blitar.
Sejarah Candi Penataran
Berbicara mengenai sejarah Candi Penataran Blitar, tentunya harus mengetahui terlebih dahulu asal usul dari candi ini. Candi Penataran dibangun pada tahun 1194 M oleh raja Srengga (Syrenggra/Çrnga) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja tersebut merupakan raja kerajaan Kadiri yang berkuasa pada tahun 1190 – 1200 M. Fungsi dari Candi Penataran yang dibangun sebagai candi gunung ini adalah untuk digunakan sebagai tempat upacara pemujaan, salah satu upaya untuk menangkal mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering sekali meletus.
Pada tahun 1286 tepatnya pada masa pemerintahan Kertanegara, Candi Naga yang juga terletak di dalam kompleks Candi Penataran dibangun. Di Candi Naga ini terdapat relief 9 orang yang menyangga seekor naga, yang merupakan lambang candrasengkala atau tahun 1208 Saka.
Candi Penataran kembali mendapatkan perhatian saat pemerintahan Jayanegara, yang selanjutnya diteruskan oleh Tribuanatunggadewi serta Hayam Wuruk. Candi Penataran menjadi candi negara yang resmi dengan status dharma lepas.
Candi Penataran disebut bangunan suci Palah dalam kitab Negarakertagama (Desawarnana) yang ditulis pada tahun 1365 oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab tersebut, diceritakan bahwa Raja Hayam Wuruk (memerintah kerajaan Majapahit pada tahun 1350 – 1389 M) mengunjungi candi ini dalam perjalanannya berkeliling Jawa Timur untuk bertamasya. Tujuan Raja Hayam Wuruk ke Candi ini agar dapat melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, yang merupakan perwujudan Siwa sebagai Girindra (raja penguasa gunung).
Dalam sebuah kronik dari abad XV yang menceritakan kisah perjalanan Bujangga Manik dalam bahasa Sunda, dikatakan oleh salah seorang bangsawan kerajaan Sunda bahwa Candi Penataran (dalam kronik tersebut disebut sebagai Rabut Palah) masih dijadikan sebagai tempat belajar agama serta juga menjadi tempat ziarah yang selalu ramai dikunjungi orang. Si penulis kronik tersebut mengaku terpaksa meninggalkan tempat itu setelah setahun tinggal disitu, oleh karena para peziarah yang datang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada tahun 1815, Candi Penataran untuk pertama kalinya dilaporkan keberadaannya dalam catatan Inggris yang ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles (1781 – 1826), seorang gubernur jenderal pemerintah kolonial Inggris yang dulunya pernah berkuasa di Nusantara. Namun, hingga tahun 1850, Candi Penataran belum terlalu banyak dikenal orang. Candi Penataran yang sempat diabaikan selama bertahun-tahun, mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga akhirnya dipugar dan saat ini telah menjadi salah satu tempat wisata menarik di Blitar – Jawa Timur.
Pada 19 Oktober 1995, Candi Penataran diajukan sebagai salah satu calon situs warisan dunia UNESCO dalam kategori budaya yang berasal dari Indonesia. Candi Penataran hingga saat ini masih berada dalam daftar tentatif (usulan calon nominasi), yang masih menunggu proses evaluasi untuk layak tidaknya menjadi Situs Warisan Dunia.
Itulah sekilas mengenai sejarah Candi Penataran Blitar yang penting untuk diketahui. Informasi yang ditulis diatas ini disadur dari sumber wikipedia dan beberapa sumber lainnya.
Bagian-Bagian dalam Kompleks Candi Penataran
Kompleks Candi Penataran terdiridari gugusan beberapa bangunan yang membujur dari barat laut hingga tenggara, dengan pola linear dan menempati tanah seluas 12.946 m2. Di belakang Candi Utama dibatasi oleh sebuah sungai di sebelah timur yang berhulu di gunung Kelud. Di depan candi utama, terdapat juga beberapa candi perwara dan balai pendopo. Pola Candi Penataran berbeda dengan candi-candi Jawa Tengah, dimana Candi utama berada di tengah dan dikelilingi oleh candi-candi perwara. Pola susunan candi yang linear tak beraturan ini merupakan ciri khas candi langgam Jawa Timur, yang telah berkembang sejak zaman Kediri hingga Majapahit.
Halaman kompleks percandian di bagi menjadi tiga bagian. Agar lebih mudahnya, Candi Penataran di bagi menjadi halaman depan, tengah dan belakang. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing halaman tersebut:
Halaman depan
Di halaman depan kompleks Candi Penataran terdapat dua buah arca Dwarapala, sisa-sisa pintu gerbang, Bale Agung, Pendopo Teras dan Candi Angka Tahun. Masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang utama terletak di halaman depan, tepatnya di sisi barat laut.
2. Arca Dwarapala
Ini merupakan arca yang mengapit pintu gerbang, oleh karena itu disebut sebagai penjaga pintu. Masyarakat setempat menyebut Arca Dwarapala ini sebagai Reco Pentung. Di arca ini terpahat angka tahun 1242 Saka (1320 Masehi).
3. Sisa Pintu Gerbang
Sisa pintu gerbang di kompleks Candi Penataran ini terbuat dari batu bata, yang lokasinya tepat berada di sebelah timur dari dua arca Dwarapala di pintu gerbang utama.
4. Bale Agung
Selanjutnya di halaman depan ada Bale Agung yang dapat dikatakan sebagai bagian terdepan dari Candi Penataran, setelah berjalan melalui bekas pintu gerbang. Bale Agung terletak agak menjorok ke depan, tepatnya disisi barat laut halaman depan, berbatasan langsung dengan pagar depan dan jalan raya. Bale Agung terbuat dari batu seluruhnya dengan dinding yang masih polos disertai dua tangga di sebelah tenggara, satu tangga di sisi timur laut dan satunya lagi disisi barat daya. Bale Agung berfungsi sebagai tempat musyawarah bagi para pendeta (menurut N.J. Krom). Dimensi dari bangunan ini adalah 37 m x 18,84 m x 1,44 m (panjang, lebar, tinggi).
5. Pendopo Teras
Setelah Bale Agung, terdapat Pendopo Teras yang merupakan batu berbentuk persegi panjang dengan dimensi 29,05 m x 9,22 m x 1,5 m. Pendopo Teras berada di sebelah tenggara dari Bale Agung. Fungsi dari Pendopo Teras ini diperkirakan sebagai tempat meletakkan sesajen dalam berbagai upacara keagamaan yang diadakan atau tempat peristirahatan raja maupun bangsawan lainnya. Pendopo Teras seperti Bale Agung, yang dililit oleh teras ular, dan kepalanya tersembul diantara pilar bangunan. Relief-relief yang terdapat pada tembok Pendopo Teras bercerita mengenai kisah Bubhuksah dan Gagang Aking (dalam cerita rakyat dikenal sebagai Bela-Belu dan Dami Aking), Sri Tanjung dan Sang Setyawan.
6. Candi Angka Tahun
Dengan jarak 20 meter dari Pendopo Teras, kita dapat melihat Candi Angka Tahun, yang juga berada pada halaman depan. Candi Angka Tahun juga dikenal sebagai Candi Brawijaya, namun tidak jarang ada yang menyebutnya sebagai Candi Ganesha. Candi Angka Tahun dapat dikatakan sebagai bangunan paling terkenal dalam kompleks Candi Penataran. Candi ini berangka tahun 1291 Saka (1369 Masehi). Candi Angka Tahun memiliki pintu masuk di sisi barat laut, yang artinya candi ini menghadap ke arah barat laut. Di dalam relung candi terdapat arca Ganesha yang terbuat dari batu dengan posisi duduk di padmasana. Terdapat relief Surya Majapahit di bagian atas bilik candi, tepatnya di batu penutup cungkup.
Halaman tengah
Pada halaman tengah kompleks Candi Penataran, terdapat dua arca Dwarapala (seperti di halaman depan), enam sisa bangunan terbuat dari batu dan bata di timur laut, Candi Naga serta sebuah pondasi bata di sisi timur.
1. Arca Dwarapala
Di halaman tengah kompleks Candi Penataran, juga terdapat dua arca Dwarapala seperti di pintu masuk candi, namun dengan ukuran yang lebih kecil. Angka tahun yang dipahat di arca ini setahun lebih tua daripada di arca di pintu masuk utama, yaitu tahun 1214 Saka (1319 Masehi).
2. Sisa bangunan dari batu dan bata
Sisa-sisa bangunan dari batu dan bata di halaman tengah ada sejumlah 6, diantaranya ada candi tanpa penutup di atasnya sejumlah satu, batur ada dua serta sisa pondasi dari bata ada tiga.
3. Candi Naga
Pemberian nama Candi Naga oleh karena bangunan candi ini dililit oleh naga disekeliling tubuhnya. Terdapat juga penyangga berupa tokoh-tokoh yang berbusana bak raja sejumlah buah, yang terletak di masing-masing sudut bangunan (ada 4), bagian tengah dinding (ada 3) dan di sebelah kanan dan kiri pintu masuk (ada 2). Relief-relief buatan (motif medalion) menghiasi dinding tubuh candi. Pintu masuk candi Naga berada di sisi barat laut candi. Dimensi Candi Naga adalah 6,57 m x 4,83 m x 4,7 m.
4. Pondasi Bata
Pondasi bata ini terletak di sebelah timur candi dan terkesan menghadap ke arah barat daya, yang diperkirakan berdasarkan bidang menjorok ke sisi barat daya serta membentuk pintu masuk. Dua buah sisa bangunan terdapat di bagian barat daya dengan masing-masingnya berupa pondasi dari bata dengan dimensi 10 m x 20 m dan satu lagi mirip bujur sangkar dengan ciri yang hampir sama dengan pondasi di timur laut.
Halaman belakang
Halaman belakang kompleks Candi Penataran dimulai setelah melalui pintu gerbang paduraksa (hanya tersisa pondasinya) yang dijaga juga oleh dua dwarapala. Halaman ini terletak di tanah yang lebih tinggi dibandingkan halaman lainnya dan berada di ujung tenggara dalam kompleks candi Penataran. Di halaman belakang ini terdapat 9 bekas bangunan yang posisinya tidak beraturan, termasuk candi utama dalam kompleks Candi Penataran. Selain itu terdapat juga prasasti Palah berupa linggapala, lima sisa bangunan di sisi barat laut dimana salah satu diantaranya merupakah sebuah batur yang memuat relief-relief cerita candi dengan tinggi sekitar 1 meter.
1. Candi utama
Di halaman belakang (halaman tiga) dalam kompleks candi terdapat candi utama (induk) yang berupa 3 teras tersusun dengan tinggi mencapai 7,19 meter. Arca mahakala yang terdapat di sisi tangga terpahat angka tahun 1269 Saka (1347 Masehi). Pada teras pertama, terdapat relief cerita Ramayana di sekeliling dinding candi. Pembacaan relief ini perlu mengikuti arah prasawiya yang dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua, terdapat relief cerita Krçnayana, yang dibaca searah jarum jam (cara pradaksina). Pada teras ketiga yang bentuknya menyerupai bujur sangkar terdapat relief naga dan singa bersayap. Di sisi sebelah barat daya halaman Candi Utama terdapat dua buah sisa bangunan yaitu berupa candi kecil dari batu (disebut klein heligdom atau bathara kecil oleh orang Belanda dulu) serta satu lagi berupa pondasi bata. Dua sisa bangunan ini masing-masingnya menghadap ke arah barat daya. Terdapat juga sebuah lingga dari batu yang disebut prasasti palah yang terletak sederet dengan dua bangunan diatas. Ada juga sebuah kolam dengan angka tahun 1337 Saka (1415 Masehi) yang lokasinya berada dibelakang candi utama sebelah tenggara dekat aliran sungai.
2. Prasasti Palah
Prasasti ini dibuat oleh Raja Srengga dengan angka tahun 1119 Saka (1197 Masehi). Bangunan ini berfungsi untuk menyembah Bathara Palah, yang tertuang dalam prasasti dengan bunyi:
“sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah"
Dalam bahasa Indonesia berarti:
"Ketika dia Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat Bathara Palah"
Relief Candi Penataran
Candi Penataran memiliki ciri khas lain selain sebagi kompleks candi terluas di Jawa Timur, yaitu memiliki keunikan dalam ikonografi reliefnya. Gaya reliefnya memiliki perbedaan bentuk yang cukup jelas dibandingkan candi-candi Jawa Tengah sebelum abad ke-11, sebagai contoh: Candi Prambanan. Wujud dari relief manusia digambarkan menyerupai wayang kulit. Cerita-cerita dalam relief di Candi Penataran diantaranya terdapat Bubhuksah dan Gagang Aking, Sri Tanjung serta Ramayana dan Kresnayana. Berikut penjelasan masing-masing relief tersebut:
Bubhuksah dan Gagang Aking
Kisah Bubhuksah dan Gagang Aking ini bisa dilihat pada relief di Pendopo Teras yang terdapat di halaman depan. Bubhuksah diceritakan sebagai sosok makhluk bertubuh besar yang suka memakan apapun, tidak pernah tidur dan sosok yang ikhlas. Gagang Aking merupakan sosok kurus kering yang suka tidur serta gemar berpuasa. Pada suatu ketika, Dewa Siwa mengujui kedua orang ini dengan menjadi macan putih. Dalam ujian tersebut, Gagang Aking menanggapi dengan mengatakan bahwa dia adalah orang yang kurus, lebih baik makan temannya yang gemuk. Sedangkan Bubhuksa menanggapi dengan mengatakan pada macan putih itu untuk memakannya saja. Bubhuksa lulus ujian ini dan kemudian dapat masuk surga. Kisah ini memberikan hikmah bahwa dalam menjalani hidup ini, manusia harus ikhlas.
Sri Tanjung
Relief Sri Tanjung juga terukir pada dinding Pendopo Teras, yang dapat dimulai dari sisi barat menuju selatan dengan putaran prasawaya. Kisah ini dimulai dengan lukisan Raden Sidapaksa yang mengabdi pada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Raja mengutus Sidapaksa untuk mencari obat kepada kakeknya (Bhagawan Tamba Petra). Disana, Sidapaksa menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Sri Tanjung ikut dibawa olehnya ke Sindurejo setelah menjadi istrinya. Namun timbul masalah, Raja Sulakrama menjadi tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga raja ini berusaha mencari berbagai macam cara agar bisa memisahkan Sri Tanjung dengan Sidapaksa. Raja lantas mengutus Sidapaksa ke Sorga sembari membawa surat yang berisi:
“pembawa surat akan menyerang sorga”
Dia bisa ke sorga atas bantuan ayah Sri Tanjung (Raden Sudamala) yang mewariskan selendang kepada Sri Tanjung. Di sorga, Sidapaksa dihajar oleh para dewa, dan baru bisa dibebaskan dan mendapatkan berkah oleh karena menyebut leluhurnya adalah Pandawa. Sri Tanjung dipaksa oleh Sulakrama sepeninggal Sidapaksa, akan tetapi Sri Tanjung menolak. Namun kemudian mendadak Sidapaksa datang dan menfitnah Sri Tanjung mengajak raja berzinah. Sidapaksa akhirnya membunuh Sri Tanjung dengan garang, namun Sri Tanjung bisa dihidupkan kembali oleh para dewa. Sidapaksa juga diharuskan untuk membunuh Sulakrama sang raja, dan Sidapaksa berhasil dalam peperangan itu.
Ramayana dan Kresnayana
Relief mengenai Ramayana dan Kresnayana terukir di candi utama dalam kompleks Candi Penataran Blitar. Tokoh utama dalam kisah Ramayana yaitu Rama dan Shinta serta tokoh utama dalam kisah Kresnayana yaitu Krisna dan Rukmini terukir di dinding candi. Dalam kisah Kresnayana, diceritakan bahwa Krisna menculik serta mempersunting Rukimini. Kisah Ramayana serta Kresnayana yang dipahat di dinding candi ini dianggap mirip dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes.
Rute Menuju Candi Penataran
Candi Penataran terletak di kecamatan Nglegok, di sebelah utara kota Blitar. Rute menuju Candi Penataran bisa berpatokan dari makam Bung Karno. Dari makam Bung Karno terus saja berkendara ke arah utara hingga mencapai kecamatan Nglegok. Ikuti saja terus jalan utama ke arah utara hingga akhirnya anda menemukan gapura kawasan wisata Penataran di desa Penataran. Setelah melalui gapura tersebut, anda akan belok kiri tepat dimana terdapat pos polisi disitu. Berkendara terus hingga ke dalam dan carilah tempat parkir yang dekat dengan pintu masuk utama kompleks Candi Penataran, agar anda tidak perlu berjalan lebih jauh lagi. Akses menuju Candi Penataran cukup mudah, karena kendaraan baik itu sepeda motor maupun mobil dapat masuk hingga ke depan kompleks Candi Penataran.
Tarif/Retribusi di Candi Penataran
Tarif/retribusi yang perlu di bayar di Candi Penataran ini diantaranya berupa tarif parkir kendaraan bermotor dan tarif masuk kompleks candi Penataran itu sendiri. Tarif parkir kendaraan bermotor adalah Rp. 2000/motor dan Rp. 5000/mobil. Sedangkan tarif masuk ke dalam kompleks Candi Penataran adalah Rp. 3000/orang.
Event di Candi Penataran
Pagelaran Purnama Seruling Penataran (PSP) adalah salah satu even yang rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali di Candi Penataran. Event budaya ini merupakan event yang bergengsi di Blitar. Tiket masuknya sekitar Rp. 5000/orang (info tahun 2015).
Pengalaman Berwisata ke Candi Penataran Blitar

Dalam perjalanan dari Rambut Monte ke Candi Penataran, kembali mengikuti jalan yang sama seperti saat dari perkotaan Wlingi ke Rambut Monte, yaitu kembali ke arah selatan. Namun kali ini saat tiba di persimpangan jalan Ngaringan – Jalan Semeru, saya memutuskan untuk belok kanan ke jalan Ngaringan mengikuti penunjuk arah yang menunjukkan ke Candi Penataran. Dari persimpangan ini, terus mengikuti jalan yang tidak terlalu lebar (sekitar 4 meter) dan juga seringkali ketemu jalan bergelombang, dan masih dalam lingkungan permukiman. Beberapa kali menemukan persimpangan, namun tidak masalah karena petunjuk jalan menuju Candi Penataran terus ditemukan sepanjang jalan.
Rute tersebut berakhir keluar di jalan Raya Penataran, yang terdapat petunjuk jalan ke kiri (selatan) menuju makam Bung Karno sejauh dan ke kanan (utara) ke Candi Penataran. Oleh karena sudah berencana memotret foto sunset di Candi Penataran terlebih dahulu, maka rencana ke makam Bung Karno terpaksa ditunda dikali berikutnya jika ada kesempatan. Perjalanan berlanjut dengan belok kanan ke arah utara sekitar 3 km sebelum ketemu gapura masuk kawasan wisata Penataran.
Setibanya di dalam area wisata candi Penataran, saya cukup kaget, karena di Candi Penataran ini ternyata kawasannya hampir mirip dengan candi-candi besar di Jawa Tengah seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, dimana ada banyak toko atau pedagang di sekitar area candi yang menjual souvenir, pakaian, makanan dan lain sebagainya serta pengunjung yang sangat banyak. Ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kompleks candi-candi lainnya di Jawa Timur yang pernah saya kunjungi seperti Candi Singosari dan Candi Badut yang cukup sepi dari pengunjung maupun pedagang. Memang tidak mengherankan, sebagai kompleks candi terbesar di Jawa Timur, seharusnya benar-benar dapat menarik para wisatawan untuk datang berkunjung dan memancing para pedagang untuk berjualan di sekitarnya.
Tempat parkir untuk sepeda motor di sini cukup aman, warga memanfaatkan garasi atau halaman rumahnya yang tidak digunakan sebagai tempat untuk parkir motor, tentunya dengan tarif yang sesuai. Setelah memarkirkan kendaraan, saatnya untuk berjalan masuk ke dalam kompleks candi Penataran.
Saya menelusuri setiap bagian yang ada di kompleks candi Penataran seperti yang sudah ditulis diatas dan memotret satu persatu setiap bagiannya. Mulai dari bertemu patung Dwirapala setelah melewati pintu masuk, belok kiri untuk melihat Bale Agung dan Pendopo Teras. Berjalan terus untuk masuk ke dalam Candi Angka Tahun dan Candi Naga. Berkeliling sebentar di sekiling kiri dan kanan menemukan berbagai sisa bangunan, bekas pondasi, melihat kolam yang kebetulan sedang kosong sebelum memutuskan untuk naik ke Candi utama. Di dalam kompleks ini, kebetulan juga bertemu dengan salah satu dosen saya sekaligus dosen pembimbing dalam mengerjakan skripsi dulu, bapak Endratno Budi beserta keluarga (semoga sehat selalu yah pak :D ). Di puncak candi utama (teras ketiga), kita bisa melihat dengan jelas pemandangan kompleks Candi Penataran secara keseluruhan.
Pada saat itu kebetulan langit sedang cerah, sehingga saat senja bisa melihat pemandangan sunset yang menakjubkan jauh di ufuk barat. Saya menghabiskan cukup banyak waktu untuk foto sunset di dari kompleks Candi Penataran hingga akhirnya memutuskan untuk balik ke Malang saat hampir gelap.
Sebelum pulang, tentu saja makan terlebih dahulu. Kata salah seorang pengunjung yang saya temui di Candi Penataran, jangan pernah lupa untuk mencicipi menthok (bebek) khas Blitar saat berkunjung kesana. Oleh karena itu saya juga memutuskan untuk makan menthok, yang ternyata memang cukup lezat. Oleh karena ada berbagai masalah dengan sepeda motor, baru bisa pulang ke Malang sekitar pukul 20:00. Walaupun sudah cukup malam, perjalanan pulang berlangsung dengan aman, cukup banyak pengendara di jalan walaupun sudah pukul 20:00 – 22:00. Satu-satunya tempat yang sepi dalam perjalanan pulang hanya di jalibar Kepanjen, Malang. Semoga di lain kesempatan bisa ke Blitar lagi, masih ada beberapa tempat yang ingin saya kunjungi seperti makam Bung Karno dan pantai Peh Pulo.
Koleksi Foto nnoart di Candi Penataran Blitar
![]() |
Arca Dwarapala setelah melewati pntu masuk |
![]() |
Jalan menuju bagian utama Candi Penataran |
![]() |
Inilah Candi Angka Tahun |
![]() |
Bisa dilihat Candi Angka Tahun, Candi Naga dan Candi utama |
![]() |
Candi Naga |
![]() |
Candi Utama |
![]() |
Matahari terbenam di ufuk barat |
![]() |
Sunset di Candi Penataran |
Keterangan foto:
Lokasi: Candi Penataran, desa Penataran, kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar
Waktu: Desember 2015
SHARE TULISAN INI: