Tempat wisata di Bali tidak melulu pantai, pantai dan pantai. Bali juga memiliki daya tarik wisata yang cukup kuat untuk objek wisata religi yang biasanya disucikan, terutama untuk pura-pura yang sangat disucikan dan tentunya pemandangan yang sangat indah disekelilingnya. Beberapa pura di Bali yang sangat populer hingga ke seluruh dunia bukan hanya karena daya tarik religinya, namun juga menawarkan pemandangan yang indah diantaranya adalah di Pura Tanah Lot, Pura Ulun Danu Beratan, Pura Besakih dan Pura Luhur Uluwatu. Pura yang disebut terakhir inilah yang akan diulas dalam tulisan saya kali ini dalam blog nnoart.
Pura Luhur Uluwatu atau yang juga cukup populer disebut Pura Uluwatu, merupakan sebuah pura yang berada di ujung paling selatan Pulau Bali, tepatnya di Desa Pecatu, Kuta Selatan. Pura ini berada di tebing karang yang menjorok ke laut yang berada pada ketinggian 97 meter diatas permukaan laut. Itulah sebabnya dari kawasan Pura Luhur Uluwatu, pengunjung dapat menikmati pemandangan indah tebing karang yang tinggi serta birunya laut dibawahnya yang jernih, hempaasan ombak yang sayup-sayup terdengar serta indahnya matahari terbenam, pengunjung dapat menghabiskan waktu bersama keluarga atau kerabat untuk memandangi keindahan sunset.
Penjelasan lebih detailnya mengenai Pura Luhur Uluwatu, baik itu lokasinya, sejarah, daya tarik wisata serta aktivitas favorit pengunjung, upacara keagamaan yang biasanya diadakan, tari kecak, hotel terdekat, foto-foto dan sebagainya mengenai Pura Luhur Uluwatu Bali adalah sebagai berikut:
Lokasi
Pura Luhur Uluwatu berada di Desa Pecatu, salah satu desa di ujung selatan pulau Bali yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Di Desa Pecatu tersebut, Pura Luhur Uluwatu berada di sebelah barat daya. Hal ini berarti tempat religius ini berada di ujung barat daya pulau Dewata.
Akses menuju ke Pura Uluwatu Bali ini cukup mudah, karena kondisi jalan yang menuju ke lokasi tersebut cukup mulus. Jaraknya dari kota Denpasar kurang lebih 30 km dan dari Pantai Kuta kurang lebih 25 km. Dari kota Denpasar menuju ke Pura Luhur Uluwatu ini perlu berkendara ke arah selatan. Rutenya dengan melalui jalan By Pass Ngurah Rai menuju ke Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Setelah melewati GWK, teruslah menuju ke arah selatan, luruslah di perempatan pertama setelah melewati GWK. Setelah melewati perempatan ini, akan lebih sering ditemukan papan petunjuk jalan menuju Pura Luhur Uluwatu. Lokasi lebih jelasnya dapat dilihat pada Google Maps diatas.
Sejarah Pura Luhur Uluwatu
Pura Luhur Uluwatu di Bali ini berstatus sebagai Pura Sad Kayangan Jagat, oleh umat Hindhu dipercaya sebagai penyangga poros mata angin (9 mata angin) di pulau Dewata. Pura lainnya di Bali yang memiliki status sama seperti Pura Uluwatu (menurut lontar Kusuma Dewa) ini adalah Pura Besakih, Pura Goa Lawah, Pura Lempuhyang Luhur, Pura Pusering Jagat dan Pura Luhur Batukaru.
Pura Luhur Uluwatu banyak diyakini telah dibangun sejak abad-11 oleh Mpu Kuturan, seorang pendeta suci saat itu, untuk memuja Dewa Rudra untuk memohon keselamatan. Desa Adat dan segala aturannya merupakan peninggalan dari Mpu Kuturan. Akan tetapi ada sebuah peninggalan kuno berupa candi kori gelung agung (kurung) yang menjadi pembatas antara jeroan pura dan jaba tengah dalam kawasan Pura ini yang membuat ahli sejarah memprediksi pura ini telah ada sejak abad ke 8, masa sebelum Mpu Kuturan datang ke Bali.
Selain untuk memuja Dewa Rudra dan juga tempat pemujaan oleh pendeta suci Mpu Kuturan, Pura Uluwatu juga digunakan sebagai tempat pemujaan oleh pendeta suci lainnya, yang pada akhir tahun 1550-an datang ke Bali yaitu Dang Hyang Nirartha. Pendeta suci ini mengakhiri perjalanan sucinya (Ngeluhur/Moksha) di tempat tersebut. “Luhur” dalam Pura Luhur Uluwatu berasal dari Ngeluhur yang dilakukan pendeta suci Dang Hyang Nirartha tersebut.
Diatas sudah dijelaskan asal kata Luhur dalam Pura Luhur Uluwatu. Untuk Uluwatu, merupakan bahasa sanskerta yang artinya “Puncak Batu” (ulu = ujung/atas/puncak, dan watu = batu). Penamaan Uluwatu ini tentu saja sesuai dengan lokasi dari pura ini yang berada di puncak tebing karang yang sangat tinggi.
Bagian-Bagian Pura Luhur Uluwatu
Di dalam Pura Uluwatu terdapat beberapa pura pesanakan yang ada kaitan erat dengan pura induk. Diantara pura-pura pesanakan tersebut ada Pura Bajurit, Pura Kulat, Pura Pererepan, Pura Dalem Pangleburan dan Pura Dalem Selonding. Tiap pura pesanakan ini erat kaitannya dengan Pura Luhur Uluwatu pada hari-hari piodalannya. Piodalan di Pura Luhur Uluwatu, Pura Kulat, Pura Parerepan dan Pura Bajurit jatuh pada hari Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari. Dewa Rudra merupakan manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Luhur Uluwatu Bali.
Di bagian depan dari Pura Luhur Uluwatu terdapat sebuah hutan kecil sebagai penyangga kesucian pura yang disebut sebagai alas kekeran. Setelah pengunjung memasuki halaman luar pura (jabaan pura), akan ada gerbang Candi Bentar yang berbentuk sayap burung melengkung menyambut para pengunjung untuk memasuki halaman tengah (jabaan tengah). Gerbang Candi Bentar merupakan salah satu peninggalan arkeologis pada abad ke-XVI. Setelah itu pengunjung akan melewati Candi Kurung untuk mencapai jeroan pura. Di depan Candi Kurung ini terdapat dwarapala (patung penjaga candi) yang berbentuk arca Ganesha.
Ruang utama pemujaan di pura Uluwatu ini tidak diperbolehkan masuk kepada para pengunjung/wisatawan agar dapat menghormati kesucian pura Uluwatu. Akan tetapi, umat Hindhu yang akan bersembahyang diperbolehkan untuk memasuki tempat suci tersebut. Dalam ruang utama Pura Uluwatu terdapat sebuah prasada yang merupakan tempat moksa Dang Hyang Nirartha.
Saat menyusuri jalan setapak menuju Pura Uluwatu, pengunjung akan berjalan di sisi tebing yang dibatasi dengan pagar beton, dari tempat ini pengunjung dapat melihat pemandangan yang sangat indah, mulai dari tebing-tebing yang tinggi serta luasnya lautan di bawahnya serta juga mendengar suara hempasan ombak pantai di bawahnya.
Daya Tarik Wisata
Selain daya tariknya sebagai objek religi nan suci di Bali serta sebagai tempat wisata sejarah, lokasi dari Pura Luhur Uluwatu yang berada di puncak tebing karang dengan ketinggian 97 meter dengan pemandangan tebing, laut serta pantai Pecatu di bawahnya menjadi daya tarik utama. Pengunjung tidak pernah melewatkan kesempatan menikmati pemandangan yang indah tersebut saat berkunjung ke tempat wisata ini. Tidak jarang melihat pengunjung yang mengabadikan foto dirinya dengan latar pemandangan yang luar biasa itu serta suara hantaman ombak yang sayup terdengar jauh di bawah.
Dekatnya Pura Luhur Uluwatu dengan pantai Pecatu, salah satu pantai favorit buat surfing (berselancar), yang juga seringkali diadakan event internasional disitu, membuat Pura Luhur Uluwatu juga semakin terkenal.
Lokasi dari Pura Luhur Uluwatu yang secara geogratis berada di sebelah barat daya ujung pulau Bali menjadikan Pura Luhur Uluwatu menjadi salah satu spot untuk melihat sunset terbaik di Bali. Sunset di Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu diantara beberapa spot sunset populer di Bali, selain di Pantai Kuta dan Tanah Lot.
Adanya Tari Kecak yang selalu ditampilkan oleh kelompok penari yang terdiri dari 50 hingga 100an orang semakin menambah atraksi di objek wisata Pura Luhur Uluwatu ini. Tari Kecak di Pura Uluwatu biasanya dilakukan mulai dari pukul 6 petang hingga pukul 7 malam. Cerita yang ditampilkan biasanya adalah kisah
Ramayana terutama saat Dewi Shinta diculik oleh raksasa Rahwana. Penari kecak yang biasanya merupakan lelaki ini biasanya akan duduk melingkar mengenakan kain sarung putih hitam. Suara cak-cak-cak yang bersahutan dari para penari menjadi ciri khas dari Tari Kecak ini.
Adanya Tarian Kecak saat petang hingga malam dan sunset yang indah di Pura Luhur Uluwatu membuat waktu terbaik untuk datang berwisata ke tempat ini adalah mulai dari sore hari hingga pukul 7 malam. Itulah sebabnya pengunjung selalu memadati kawasan wisata ini pada saat-saat tersebut.
Hal-Hal yang Perlu diperhatikan
Sebelum memasuki Pura Luhur Uluwatu, pengunjung wajib mengenakan pakaian yang disediakan khusus oleh pengelola tempat ini. Untuk pengunjung yang mengenakan bawahan (celana atau rok) di atas lutut, maka harus mengenakan kain sarung. Sedangkan untuk pengunjung yang mengenakan bawahan di bawah lutut, maka cukup mengenakan selendang. Warna dari sarung dan selendang ini biasanya berwarna kuning (salempot) yang menjadi simbol penghormatan kepada kesucian pura dan juga memiliki makna sebagai pengikat niat-niat buruk dalam jiwa.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan saat berjalan-jalan dalam kawasan Pura Luhur Uluwatu adalah adanya kera-kera yang banyak berkeliaran di kawasan ini. Kera-kera ini dipercaya sebagai penjaga kesucian pura, sehingga tidak boleh berbuat yang macam-macam dengan kera ini. Akan tetapi, kebanyakan dari kera-kera ini cukup jahil dengan seringnya mengambil barang-barang pengunjung misalnya topi, kacamata, makanan ringan yang sedang dipegang, ikat rambut, tas bahkan kamera dan sebagainya. Jika ada barang milik pengunjung yang telah diambil oleh kera disana, cukup dengan memberikan makan kepada kera tersebut agar barang yang dipegang kera bisa dilepas.
Fasilitas
Saat datang ke Pura Luhur Uluwatu baik itu menggunakan sepeda motor, mobil maupun bis pariwisata, pengunjung tidak perlu khawatir soal ketersediaan tempat parkir di area Pura Uluwatu, karena halaman parkir di tempat ini cukup luas. Hotel, penginapan, restoran maupun warung makan juga banyak ditemukan di dekat area wisata. Sedangkan untuk toilet, juga cukup banyak berada di dalam kawasan wisata.
Fasilitas lainnya yang tersedia bagi pengunjung tempat wisata Pura Luhur Uluwatu di Bali ini diantaranya ada tempat penyediaan kain dan sarung yang harus digunakan oleh pengunjung yang akan masuk ke tempat suci ini. Ada juga jasa pemandu wisata yang bisa menemani pengunjung selama berada di Pura Uluwatu agar dapat mendengar cerita selengkapnya mengenai sejarah Pura Uluwatu hingga hal-hal informatif dan menarik lainnya mengenai pura tersebut.
Tarif/Retribusi
Berikut ini adalah tarif atau retribusi yang berlaku untuk dapat masuk ke objek wisata religi Pura Luhur Uluwatu Bali:Parkir Kendaraan
- Bus: Rp. 10.000
- Mobil: Rp. 5000
- Motor: Rp. 2000
Tiket Masuk Pura Luhur Uluwatu
- Dewasa Domestik: Rp. 15.000/orang
- Anak Domestik: Rp. 7500/orang
- Dewasa WNA: Rp. 20.000/orang
- Anak WNA: Rp. 10.000/orang
Pertunjukan Tari Kecak Uluwatu
- Tiket menonton Tari Kecak: Rp. 100.000/orang
Hotel Dekat Pura Luhur Uluwatu
Dekat kawasan wisata Pura Luhur Uluwatu banyak ditemukan hotel, penginapan, vila dan sebagainya. Berikut ini adalah daftar penginapan, vila atau hotel dekat Pura Luhur Uluwatu Bali:
- Batu Jaran Hill;
- Puri Kelapa Guesthouse;
- Ketty Homestay;
- Bobby’s Place;
- Bhujangga’s Village
- Uluwatu Surf House;
- Puri Uluwatu Villas;
- Belong Bunter Homestay;
- Mamo Hotel Uluwatu;
- Three Monkeys Villa
Catatan Perjalanan ke Pura Luhur Uluwatu Bali
Jalan-jalan ke Pura Luhur Uluwatu ini sudah terjadi 2 tahun yang lalu (Maret 2014), jadi saya tidak bisa menceritakannya lebih detail, sudah lupa-lupa ingat tentang aktivitas waktu itu. Akan tetapi, demi melengkapi tulisan tentang objek wisata Pura Luhur Uluwatu ini, saya sertakan juga catatan perjalanan saya waktu itu.
Hari pertama liburan di Bali pada tahun 2014, di sore hari itu bersama 2 saudara saya, Meri dan Aju, sebelumnya berkunjung ke Pantai Dreamland terlebih dahulu (catatannya bisa dibaca DISINI). Sebelum sunset, kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju Pura Luhur Uluwatu, karena kata driver kami waktu itu, Bli Adi, Pura Luhur Uluwatu itu paling tepat dikunjungi saat sore hingga malam hari, agar dapat menikmati pesona sunset dan tarian kecak.
Perjalanan pun dilalanjutkan dari Pantai Dreamland menuju Pura Luhur Uluwatu, yang keduanya masih berada dalam desa Pecatu, Kuta Selatan. Saya tidak bisa mengingat dengan jelas rute yang diambil waktu itu, soalnya saat itu masih sangat asing dengan kawasan Kuta Selatan. Tau-tau sudah sampai saja ke tempat tujuan, Pura Uluwatu.
Setibanya di depan kawasan Pura, setelah tiket masuk untuk 3 orang di bayar, saya dan Aju yang waktu itu mengenakan celana pendek diminta untuk mengenakan kain sarung berwarna ungu, sedangkan Meri yang waktu itu mengenakan celana panjang diminta untuk mengenakan selendang berwarna kuning. Kain sarung dan selendang ini wajib dikenakan oleh pengunjung untuk menjaga kesucian pura.
Saat masuk lebih ke dalam, melewati hutan yang disebut alas kekeran, cukup takjub juga dengan luasnya kawasan wisata ini. Jalan setapak yang ada bercabang-cabang, jadi bingung mau lewat yang mana. Belum lagi banyaknya kera di jalan yang terlihat “mengintimidasi” kami, membuat kami terpaksa memilih jalan yang bebas dari hadangan kawanan kera. Kami belok kanan mengikuti jalan setapak yang ada, tidak melewati sebuah jalan tangga besar yang terlihat di belakang kawanan kera itu.
Jalan di sebelah kanan ini kalau tidak salah jalan setapak kecil yang berakhir pada tepi tebing yang curam, dimana bisa melihat pemandangan lautan yang luas dari atas. Kami habiskan waktu beberapa saat menikmati pemandangan itu sambil antri menunggu spot yang keren untuk berfoto.
Setelah puas berfoto-foto disitu, kamipun berjalan ke arah dimana Pura Luhur Uluwatu terlihat, sambil menunggu tibanya sunset. Berjalan di tepi tebing dengan jurang di bawahnya ini cukup aman dilakukan karena ada pagar beton yang membatasi antara jalur pejalan kaki dengan tepian tebing. Kera-kera cukup banyak terlihat sedang berada di tepian tebing atau pohon-pohon yang ada. Sesekali berpapasan dengan pengunjung yang sedang asyik memberi makan kepada kera-kera tersebut, ada juga yang sedang asyik berfoto bersama kera-kera yang sedang bersahabat karena diberi makan. Beberapa pengunjung lainnya sedang asyik ngobrol dengan menyandarkan tubuhnya di pagar sambil melihat ke arah mentari yang sudah semakin kemerahan karena akan terbenam. Kami bertigapun tidak ketinggalan untuk melakukan aktivitas yang sama. Duduk ngobrol menanti sunset, sambil melihat jahilnya kera-kera kepada pengunjung yang lewat. Saya sendiri mengambil kesempatan ini sambil foto-foto sunset dengan kamera seadanya, yang hasilnya bisa dilihat pada gambar di atas serta koleksi di bawah.
Saat itu kami tidak sempat untuk menonton tari kecak, karena harus segera mengantar Aju pulang ke hotelnya di kawasan Sanur, agar dia bisa segera istirahat dan mempersiapkan segala sesuatu untuk melanjutkan kunjungan kerjanya ke India keesokan harinya. Kamipun pulang dari Pura Luhur Uluwatu dan langsung segera menuju ke kawasan Sanur, makan-makan sebentar dekat hotel tempat Aju menginap (lupa apa nama hotelnya waktu itu). Sepeninggalan Aju ke hotel, kami singgah sebentar di mal Bali Galeria untuk membeli beberapa perlengkapan, sebelum akhirnya pulang ke Samudra Homestay di jalan Kartika Plaza, Kuta.
Hanya itulah catatan perjalanan di hari itu, yaitu mulai dari Pantai Dreamland dan berlanjut ke Pura Luhur Uluwatu. Masih ada banyak tempat wisata di Bali yang saya datangi tahun 2014 yang diantaranya sudah diposting dalam blog ini seperti Pura Taman Ayun, Pantai Jerman (Segara), Pantai Dreamland, atraksi Pawai Ogoh-Ogoh jelang Nyepi serta pemandangan sawah di Restoran Bebek Joni. Beberapa lainnya masih dalam daftar antrian seperti Pantai Kuta, Tanah Lot, Sangeh Monkey Forest serta Monumen Bom Bali yang bersejarah.
Khusus untuk koleksi foto-foto di Pura Luhur Uluwatu, hampir sama seperti saat ke Pantai Dreamland, tidak banyak foto mengenai setiap bagian yang ada di dalam kompleks Pura ini. Semuanya hanya sekedar foto iseng-iseng yang tidak dipersiapkan khusus untuk blog nnoart, jadi harap maklum jika fokus fotonya hanya sunset saja :D
Koleksi Foto nnoart di Pura Luhur Uluwatu Bali
Keterangan foto:
Lokasi: Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali
Waktu: 29 Maret 2014
SHARE TULISAN INI: