. . .
Instagram @nnoart

---

Tuesday, January 26, 2016

Pawai Ogoh Ogoh di Bali saat Menyambut Hari Nyepi




Pawai ogoh-ogoh di Bali biasanya ada pada hari menjelang Nyepi. Aktivitas kebudayaan masyarakat Hindu Bali ini merupakan salah satu daya tarik wisata bagi para wisatawan yang biasanya ingin pergi ke Bali untuk merasakan suasana Nyepi di sana. Sebelum menjalani hari yang sunyi keesokan harinya, maka sebelumnya menonton dulu pawai Ogoh-ogoh sepanjang jalanan di pulau Bali.

Apa itu Ogoh-Ogoh?

Ogoh-ogoh adalah patung yang melambangkan monster jahat (Bhuta Kala) yang biasanya diarak keliling serta dibakar sebagai tanda pembersihan alam semesta dari berbagai hal buruk sebelum memasuki hari raya Nyepi.

Dalam KBBI (1986), pengertian Ogoh-ogoh adalah sebagai ondel-ondel dengan bentuk yang menyeramkan serta beraneka ragam. Ogoh-ogoh juga memiliki arti patung yang berukuran besar yang dibuat dari bubur kertas serta bahan pelekat yang pada umumnya dibuat oleh muda-mudi Bali sebagai bagian dalam upaca pembersihan atau yang juga disebut Ngerupukan, yang biasanya dilaksanakan sehari sebelum hari Nyepi (Laura Noszlopy, 2003)

Makna Ogoh-Ogoh?

Ogoh-ogoh mewakili bentuk makhluk mitologis yang biasanya merupakan setan atau iblis jahat. Penciptaan Ogoh-ogoh memiliki tujuan spiritual yang terinspirasi dari berbagai filosofi Hindu. Tujuan paling utama dalam pembuatan ogoh-ogoh yaitu untuk memurnikan lingkungan alam dari setiap energi kotor yang dipancarkan oleh aktivitas manusia (atau makhluk hidup lainnya). Ogoh-ogoh merupakan suatu perwujudan dari Bhuta Kala (Bhuta: energi yang abadi; Kala: waktu abadi) sesuai dengan ajaran Hindu.

Alam memiliki potensi tak terlihat yang tidak dapat dieksplorasi oleh siapapun juga. Oleh sebab itu, diperlukan manusia yang beradab untuk mengelola sumber daya alam tanpa merusak lingkungan itu sendiri. Ogoh-ogoh juga memiliki simbol lain selain sebagai simbol Bhuta Kala, yaitu sebagai simbol dari kodrat alam yang membentuk karakter jahat dari setiap makhluk hidup.

Sejarah Ogoh-ogoh

Asal usul dari Ogoh-ogoh memiliki banyak versi dalam sejarah masyarakat Bali, sehingga sulit untuk mengetahui kapan pertama kali Ogoh-ogoh dibuat. Namun banyak yang mengatakan bahwa Ogoh-ogoh ini telah dikenal pada zaman Dalem Balingkang, yang digunakan saat pelaksanaan upacara adat Pitra Yadnya (upacara pemujaan kepada pitara serta roh-roh leluhur yang telah wafat). Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Ogoh-ogoh terinspirasi dari suatu tradisi di desa Selat Karangasem yang bernama Ngusaba Ndong-Nding.

Selai pendapat diatas, ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa cikal bakal Ogoh-ogoh yang saat ini kita kenal berasal dari Barong Landung yang merupakan perwujudan dari Sri Dewi Baduga dan Raden Datonta, penguasa Bali yang merupakan pasangan suami-istri berwajah buruk dan menyeramkan.

Namun diantara berbagai pendapat tentang asal-usul Ogoh-ogoh, ada suatu pendapat yang mengataka bahwa Ogoh-ogoh tidak ada hubungannya dengan tradisi atau penggambaran akan sesuatu. Akan tetapi hanyalah kreasi para pengrajin patung yang sudah merasa jenuh karena terus menerus membuat patung dengan bahan dasar yang keras (batu atau kayu). Mereka membuat patung dari bahan yang ringan sehingga dapat dengan mudah diarak di jalan dan dipertunjukkan, sehingga para penonton dapat mengetahui kemampuan para pengrajin patung tersebut.

Pembuatan Ogoh-Ogoh

Setiap desa biasanya membuat satu Ogoh-Ogoh terutama dibuat oleh Seka Teruna-Teruni (Organisasi pemuda desa di Bali) masing-masing desa. Kelompok anak-anak sekitar desa juga biasanya membuat Ogoh-ogoh yang ukurannya lebih kecil. Para seniman juga tidak ketinggalan untuk membuat satu ogoh-ogoh.

Saat pertama kali Ogoh-ogoh dibuat pada zaman dahulu kala, Ogoh-ogoh selalu menggunakan bambu sederhana serta rangka kayu, dimana rangka kayu itu dibungkus kertas setelah dibentuk sedemikian rupa. Semakin majunya perkembangan zaman, pembuatan Ogoh-ogoh juga semakin berkembang. Penggunaan rangka besi untuk pembuatan Ogoh-ogoh semakin populer. Rangka besi tersebut dirangkaikan dengan anyaman bambu, pembungkus tubuh Ogoh-ogoh juga lebih modern dengan penggunakan stirofoam atau gabus dan di cat dengan warna yang mencolok.

Ogoh-ogoh biasanya berdiri disebuah alas yang terbuat dari papan dan bambu. Alas tersebut telah dirancang untuk dapat menahan Ogoh-Ogoh yang akan diangkat keliling desa. Untuk mengangkat Ogoh-Ogoh diatas papan ini biasanya membutuhkan sekitar 8 orang laki-laki, yang menggunakan pundak mereka sebagai penahan ketika mengangkat Ogoh-ogoh.

Tema dan Bentuk Ogoh-ogoh

Selain pembuatannya yang berkembang seiring dengan makin pesatnya perkembangan zaman, tema dari Ogoh-ogoh juga banyak mengalami perubahan. Mulai dari tema dunia wayang, unsur politik, modern bahkan hal-hal yang berbau porno yang tidak mencerminkan makna agama. Tema Ogoh-ogoh yang semestinya adalah yang sesuai dengan ajaran Hindu yang tidak terlepas dari Tuhan dan Manusia serta Bhuta Kala yang menjadi penyeimbang dalam hubungan ketiganya.

Ogoh-ogoh yang akhir-akhir ini dibuat lebih menunjukkan kreativitas anak muda yang banyak mengeksplorasi segala bentuk gejala alam serta fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Itulah sebabnya tema dan bentuk Ogoh-Ogoh banyak yang tidak sesuai dengan pakem dalam sastra agama. Bentuk yang biasanya terlihat seperti rocker, raksasa yang montok seksi serta seronok, anak punk dan lain sebagainya menunjukkan bahwa seharusnya tidak perlu ada pembatasan dalam berekspresi.

Pawai Ogoh-ogoh atau Parade Ngerupuk di Bali

Pawai Ogoh-ogoh di Bali biasanya dilakukan saat parade Ngrupuk, yang sering dilaksanakan satu hari menjelang hari raya Nyepi. Umat Hindu di Bali menyelenggarakan parade Ngrupuk dengan melakukan perarakan Ogoh-Ogoh di sepanjang jalan hampir sebagian besar jalan di Bali.

Parade Ngrupuk ini merupakan tontonan yang menarik sebelum hari Nyepi pada esok harinya, yang menjadi hari dimana umat Hindu di Bali dilarang untuk bepergian keluar rumah, menyalakan api, bersenang-senang atau pergi bekerja. Hal tersebut harus dilakukan selama 24 jam selama hari raya Nyepi.

Pada hari sebelum Nyepi tersebut, perarakan Ogoh-ogoh ini merupakan tontonan utama yang menyita perhatian para wisatawan maupun penduduk setempat. Jalanan di seluruh Bali akan dipenuhi dengan penonton di sepanjang jalan yang menanti adanya perarakan Ogoh-ogoh melewati jalan tersebut. Saat perarakan, biasanya juga ada iringan musik orkestra oleh para pemuda yang menemani. Penggunaan obor juga merupakan hal yang wajib saat perarakan. Sehingga meskipun wujud ogoh-ogoh terkesan sangat menakutkan, namun dengan suasana yang cukup ramai ketakutan tersebut tidak akan terlalu terasa.

Umat Hindu Bali memiliki keyakinan dikotomi terhadap energi positif dan negatif. Pertunjukan dalam parade Ngrupuk merupakan salah satu cara untuk menangkal pengaruh negatif dan menciptakan keseimbangan antara energi negatif dan positif dalam kehidupan. Ogoh-ogoh yang diarak sepanjang jalan merupakan salah satu hal yang digunakan untuk mewujudkan keseimbangan tersebut.

Selama prosesi perarakan, Ogoh-ogoh diputar berlawanan dengan arah jarum sebanyak tiga kali di setiap persimpangan desa (pertigaan maupun perempatan). Memutar Ogoh-ogoh pada hari sebelum Nyepi menunjukkan kontak antara tubuh dan roh. Hal tersebut dilakukan dengan maksud membingungkan para roh jahat, sehingga mereka akan pergi dan berhenti melakukan hal-hal yang dapat merugikan manusia. Ogoh-ogoh ini akan dibakar setelah diarak keliling sebagai simbol dari penyucian diri.

Pengalaman Menonton Pawai Ogoh-Ogoh di Bali


Pawai Ogoh-ogoh menjelang Nyepi biasanya dilakukan di jalanan setiap desa yang ada di Bali. Pada tahun 2014 lalu, saya berada di Bali mulai dari akhir Maret hingga akhir April, sehingga bisa ikut menyaksikan pawai Ogoh-ogoh menjelang Nyepi. Pawai tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 30 Maret 2014, satu hari menjelang Nyepi pada 31 Maret.

Selama di Bali pada tahun 2014 itu saya menginap di salah satu homestay disebelah Lippo Mall, pada ruas jalan Kartika Plaza. Kebetulan di ruas Jalan Kartika Plaza ini (ruas jalan dimana Waterboom dan Discovery Shopping Mall atau Centro berada, yang juga tidak jauh dari Pantai Kuta, Pantai Jerman dan Bandara Ngurah Rai) ada perakan Ogoh-ogoh sepanjang jalan, dari arah utara ke selatan.

Selama perarakan di ruas jalan yang banyak terdapat hotel dan restoran tersebut, para wisatawan yang sedang berada di sekitar ruas jalan itu tumpah ruah ke jalanan untuk menonton pawai Ogoh-ogoh. Perarakan berlangsung cukup lama karena ada sekitar 7-10  jenis Ogoh-ogoh (lupa berapa tepatnya)  yang diarak waktu itu. Iring-iringan musik orkestra mengiringi langkah para pemuda yang mengangkat Ogoh-ogoh pada waktu itu.

Saya sendiri tidak sempat mengikuti kemana para pembawa Ogoh-ogoh ini membawa Ogoh-ogohnya, soalnya langsung melanjutkan makan di salah satu tempat makan di tepian jalan Kartika Plaza itu. Setelah itu bersiap kembali ke homestay dan bersiap-siap juga untuk hari Nyepi pada keesokan harinya, dimana selama satu hari tersebut saya hanya menghabiskan waktu di kamar tidur serta keluar untuk berbincang-bincang dengan tamu lainnya dalam homestay yang sama. Malam hari saat hari Nyepi di Bali benar-benar gelap gulita, bintang-bintang di atas langit Kuta yang biasanya sulit terlihat bisa terlihat sangat banyak di langit.

Pagi harinya (1 April) langsung menuju ke Pantai Jerman yang tidak jauh dari homestay, berjalan-jalan santai hingga ke pantai Kuta. Dan ternyata ada beberapa Ogoh-ogoh milik desa adat Kuta yang dipajang di tepian pantai Kuta.  Terhitung sekitar 7 ogoh-ogoh yang dipajang pada waktu itu, ada yang menyerupai iblis penunggang Gajah, putri duyung, singa delapan tangan, naga, penunggang harimau dan beberapa lainnya bisa dilihat bentuknya pada foto-foto nnoart.com dibawah ini.

Koleksi foto nnoart saat Pawai Ogoh-Ogoh di Bali

Penonton menanti iring-iringan pawai Ogoh-Ogoh melalui jalan Kartika Plaza

Wisatawan asing siap menyaksikan pawai Ogoh-ogoh

Pawai Ogoh-ogoh melewati jalan Kartika Plaza di Kuta, Kabupaten Badung, Bali

Ogoh-Ogoh milik desa adat Kuta di Pajang di Pantai Kuta

Ada 7 Ogoh-ogoh yang dipajang di Pantai Kuta

Beberapa patung Ogoh-ogoh yang dipajang di Pantai Kuta

Ogoh-ogoh berupa iblis penunggang Harimau dan Iblis pemegang keris

Beberapa Ogoh-ogoh berupa naga,

Iblis singa bertangan delapan
Keterangan:
Lokasi: Jalan Kartika Plaza, Kuta dan Pantai Kuta - Kabupaten Badung, Provinsi Bali
Waktu: 30 Maret 2014 dan 1 April 2014


SHARE TULISAN INI:


1 comment: