. . .
Instagram @nnoart

---

Wednesday, January 27, 2016

Jembatan Gladak Perak, Sesosok Keindahan di Piket Nol – Lumajang




Bagi yang sering melakukan perjalanan melintasi jalur selatan Malang – Lumajang, mungkin sudah tidak asing lagi dengan Jembatan Gladak Perak yang lokasinya berada di kawasan Piket Nol, Kabupaten Lumajang ini.  Jembatan Gladak Perak atau Besuk Kobo’an (nama lain dari jembatan ini) adalah jembatan bersejarah yang berada di sebelah selatan kaki gunung Semeru dan membentang sekitar 80 – 100 meter di atas permukaan sungai Besuk Sat.

Kali ini dalam blog nnoart ini saya hanya mau berbagi info mengenai jembatan yang dulu beberapa kali sempat saya lewati. Bersama dengan teman-teman kelompok Studio Wilayah Kabupaten Lumajang (tahun 2011), kami beberapa kali melewati jembatan ini, namun hanya sekali berhenti untuk sekedar beristirahat di warung ujung jembatan sambil mengambil beberapa foto dokumentasi untuk keperluan laporan. Langsung saja ke topik utamanya tentang Jembatan Gladak Perak.

Sejarah dan Legenda Jembatan Gladak Perak


Jembatan Gladak Perak dibangun sekitar tahun 1925 hingga tahun 1940 oleh pemerintah kolonial Belanda. Jembatan ini pernah dihancurkan pada tahun 1947 oleh Zeni Pioneer (22 Jatiroto) untuk menghambat pergerakan tentara Belanda dari Malang masuk ke Lumajang. Jembatan ini dibangun kembali pada tahun 1952. Foto-foto saat jembatan ini selesai dibangun pertama kali dulu disimpan oleh KILTV Nederland, yang juga bisa ditemukan banyak di internet.

Pada tahun 2001, jembatan Gladak Perak yang baru dibangun disisi tenggara jembatan Gladak Perak yang lama. Konstruksi dari jembatan yang baru berbeda dari jembatan yang lama, dimana menggunakan beton bertulang, bukan dari rangka besi. Panjang dari jembatan yang baru tersebut mencapai 130 meter. Jembatan ini menjadi jembatan utama yang dilalui oleh kendaraan yang melintasi jalur Malang – Lumajang.

Asal muasal nama Gladak Perak terdapat beberapa versi, entah mana yang benar. Menurut pendapat beberapa masyarakat setempat, nama perak dihubungkan dengan warna cat dari jembatan Gladak Perak yang lama, yang akan sangat mencolok ketika disinari cahaya matahari. Versi lainnya mengatakan bahwa untuk pembangunan jembatan ini perlu menghabiskan begitu banyak uang perak.

Sedangkan legendanya sendiri mengatakan bahwa untuk membangun jembatan ini, digunakan Gelang Perak milik seorag penarik ledek yang cantik sebagai tumbal. Hal tersebut karena banyaknya pekerja yang jatuh ke sungai Besuk Sat saat pembangunannya, sehingga diperlukan tumbal sebagai penolak bala.

Ada banyak cerita yang beredar mengenai legenda jembatan Gladak Perak yang sedikit membuat bulu kuduk berdiri. Rumor yang beredar di masyarakat sekitar adalah bahwa pada masa penumpasan G30S/PKI, jembatan ini menjadi lokasi pembuangan mayat. Itulah sebabnya dulu banyak orang yang memilih untuk tidak melewati jembatan ini pada malam hari. Karena sering ada kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di sekitar jembatan. Namun dewasa ini jalur tersebut tetap banyak dilalui kendaraan walaupun saat tengah malam.

Tentang Kawasan Piket Nol


Jembatan Gladak Perak terletak di kawasan Piket Nol, itulah sebabnya untuk mengetahui lebih banyak tentang jembatan Gladak Perak, kita juga perlu mengetahui tentang kawasan Piket Nol. Kenapa dinamakan Piket Nol? Konon saat zaman penjajahan Belanda, jalur ini menjadi tempat pemeriksaan angkutan yang membawa hasil bumi yang dijaga oleh tentara kolonial. Oleh karena pos jaga disini waktu itu seringkali ditinggal pergi oleh penjaganya, jadi seringkali posnya kosong. Sehingga piket = menjaga dan nol = kosong yang juga bisa berarti tidak ada penjaga.

Piket Nol merupakan suatu tempat yang lokasinya termasuk dalam puncak tertinggi jalur selatan Jawa. Dari Piket Nol, kita bisa melihat pemandangan gunung Semeru (apabila tidak ditutupi kabut), hamparan sawah yang luas, pertambangan pasir, rumah-rumah di Kabupaten Lumajang serta hamparan laut selatan jauh diujung sana. Mungkin saja Pantai Bambang yang pernah diulas dalam blog ini dapat dilihat dari sini juga. Dan juga, terkadang ada monyet yang turun ke jalan di sekitar kawasan Piket Nol ini.

A photo posted by nnoart (@nnoart) on

Lokasi dan Jalur Menuju Jembatan Gladak Perak di Piket Nol

Jembatan Gladak Perak terletak di Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. Berdasarkan petunjuk jarak yang ditemukan dekat Jembatan Gladak Perak, lokasi dari jembatan ini menuju kecamatan Turen (Kabupaten Malang) adalah 59 km, sedangkan menuju kecamatan Pasirian (kabupaten Lumajang) adalah 15 km dan kota Lumajang adalah 34 km. Waktu tempuh perjalanan dari kota Malang bisa mencapai 2,5 – 3 jam perjalanan, sedangkan dari pusat Lumajang diantara 30 menit hingga 1 jam perjalanan.

Jembatan Gladak Perak bisa ditemukan dengan memilih rute dari kota Malang menuju  Lumajang melalui jalur Kecamatan Bululawang – Turen – Dampit – Tirtoyudo – Ampelgading  hingga akhirnya masuk ke Kabupaten Lumajang melalui kecamatan Tirtoyudo, tempat dimana lokasi Jembatan Gladak Perak berada. Jika dari arah pusat Lumajang, maka lakukan perjalanan ke selatan menuju kecamatan Tempeh – Pasirian – Candipuro - Projiwo.

Jalur selatan yang ekstrim dengan jalan yang sempit dan berkelok-kelok serta banyak truk pengangkut pasir melintasi sepanjang jalan membuat jalur selatan Malang - Lumajang tidak terlalu ramai. Mereka yang biasanya ingin melakukan perjalanan dari Malang menuju kota Lumajang, terkadang memilih melakukan perjalanan memutar melalui kabupaten Pasuruan dan Probolinggo daripada melalui jalur selatan tersebut.

Entah karena kondisi jalur pantura yang lebih lurus dan tidak terlalu ekstrim kelokannya atau mungkin juga karena banyak orang yang tidak mengetahui jalur selatan tersebut. Namun jika mengikuti jalur pantura menuju Lumajang atau Jember, sudah pasti tidak akan melalui Jembatan Gladak Perak ini. Oleh sebab itu, bagi anda yang ingin melihat jembatan legendaris ini, sangat disarankan untuk mengikuti jalur selatan sesuai dengan rute yang telah saya jabarkan diatas.

Daya Tarik Objek Wisata

Saat melewati jembatan ini dari arah Malang, mungkin sekilas terlihat biasa saja saat kita melintas diatasnya. Akan berbeda jika kita melintasinya dari arah Lumajang, maka sebelum mencapai jembatan itu kita akan melihat struktur jembatan yang keren, dengan tiang-tiang penyangga yang terlihat berbeda dari jembatan-jembatan lainnya, yang tentu saja akan menarik perhatian anda.

Cobalah berhenti di ujung jembatan, dimana ada sebuah warung disitu. Jalan-jalan di tepian jembatan dan lihatlah ke bawah, anda mungkin akan merasa merinding saat melihat seberapa tingginya jembatan itu dari permukaan sungai Besuk Sat di bawahnya. Sungai ini membawa aliran lahar dari gunung Semeru.

Dari kejauhan di bawah ada truk-truk penambang pasir yang terlihat kecil seperti mobil mainan, mereka sedang menambang pasir Lumajang (campuran dari lahar Semeru) yang cukup mahal di pasaran. Jika beruntung dan tidak kabut, akan terlihat sebagian dari gunung Semeru dari jembatan Gladak Perak ini.

Perhatikan sebelah kanan (barat laut) jembatan, ada jembatan Gladak Perak yang asli disitu, yang sudah tidak digunakan lagi untuk dilalui kendaraan. Jembatan itu terbuat dari rangka besi yang sudah terlihat karat, namun masih tetap kokoh. Pagar penahan juga hampir tidak tersisa lagi dari jembatan itu, aspal yang berlubang, namun masih layak untuk dilintasi pejalan kaki. Cobalah berjalan-jalan di jembatan itu sambil melihat pemandangan di kiri-kanannya. Rasakan sensasi berjalan-jalan diatas jembatan legendaris sejak masa penjajahan.

Kawasan Piket Nol terutama di sekitar jembatan ini sangat cocok menjadi rest area bagi mereka yang melakukan perjalanan jarak jauh. Selain menawarkan pemandangan yang indah, udaranya juga segar oleh karena banyaknya pepohonan. Terkadang ada juga kera yang berkeliaran di jalan dekat jembatan ini. Selain itu, banyaknya cerita menyeramkan tentang jembatan Gladak Perak juga menjadi salah satu daya tariknya.

Transportasi

Selain menggunakan kendaraan pribadi, ada juga angkutan umum yang bisa membawa anda melalui jembatan ini. Ada bis dari terminal Gadang (kota Malang) menuju terminal Minak Koncar (Lumajang) atau sebaliknya yang biasanya melalui jalur ini. Bis dari Lumajang menuju Malang atau sebaliknya biasanya berangkat pukul 2 pagi dan pukul 6 sore, sedangkan dari Malang ke Lumajang juga sama. Dilihat dari waktu keberangkatannya, waktu terbaik adalah berangkat pukul 2 pagi dari Malang, karena bisa mencapai di jembatan ini sekitar pukul 5 pagi, tidak lama lagi sebelum terang.

Alternatif lainnya adalah dengan naik angkutan umum dari Dampit ke Lumajang atau sebaliknya. Jika memilih rute angkutan ini lebih fleksibel waktunya dibandingkan pilihan pertama. 

Jika ingin ke Jembatan Gladak Perak dari kabupaten yang lain selain Malang atau Lumajang, sebaiknya transit dulu di kota Malang, Kecamatan Dampit (kabupaten Malang) atau di Lumajang. Karena rute bis lainnya (sebagai contoh: Jember – Malang), jarang yang melewati jalur selatan ini.

Waktu Terbaik

Untuk bisa mendapatkan pemandangan yang indah dari Jembatan Gladak Perak atau kawasan Piket Nol, sebaiknya memilih waktu saat langit sedang cerah, baik itu di pagi hari atau sore hari. Hindari melewati jalur ini saat hujan lebat, oleh karena seringnya terjadi longsor di kawasan sekitar jembatan ini yang berada di lereng Semeru. Selain itu, jika belum terbiasa, hindari melalui jembatan atau jalur ini saat malam hari.

Fasilitas

Ada warung di ujung jembatan, bisa makan sambil duduk-duduk santai menikmati indahnya pemandangan. Ada juga toilet yang disediakan dekat dengan jembatan.

Koleksi foto nnoart di Jembatan Gladak Perak – Piket Nol Lumajang

Truk yang melewati Jembatan Gladak Perak

Orang-orang bersantai di jembatan Gladak Perak, Piket Nol Lumajang

Kondisi Jembatan Gladak Perak yang lama

Berjalan di atas jembatan Gladak Perak yang lama (foto oleh: Ima)

Sungai Besuk Sat dilihat dari Jembatan Gladak Perak

Sungai Besuk Sat yang kering serta Pertambangan Pasir

Keterangan:
Lokasi: Jembatan Gladak Perak, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang
Waktu: Mei 2011


SHARE TULISAN INI:


1 comment: